Kisah Seorang Sahabat : Hidup bukan untuk Menyerah pada Keadaan

I would like say thank you so much to my best friend (Rakhmat) for sharing your stories. And for the readers, happy reading!

Rakhmat merupakan salah satu sahabat yang saya kenal dari program “One Semester Scholarship Chulalongkorn University” di Thailand. Sebelumnya saya dan Rakhmat tidak pernah saling mengenal meskipun kami berdua berada dalam satu fakultas di UII. Rakhmat menjadi salah satu teman terbaik saya untuk bertukar cerita, dan pengalaman. Meski ia kini sedang melanjutkan studi Master-nya di Taiwan, namun kita tetap saling menjaga komunikasi dan tali silaturahmi. Pahit-manis kehidupan yang pernah ia rasakan adalah salah satu alasan mengapa saya tertarik untuk menceritakan pengalaman hidupnya di blog ini. Pengalaman-nya yang luar biasa membuat saya banyak belajar dan menarik hikmah dari setiap cerita yang pernah ia sampaikan. Saya pun berharap semoga para pembaca dapat termotivasi dari tulisan yang saya buat.

Rakhmat terlahir dari keluarga yang sangat sederhana, ayahnya adalah seorang nelayan di daerah Provinsi Jambi. Tahun 2001, Rakhmat bersama keluarga harus hijrah ke Jakarta karena pekerjaan yang ayahnya tekuni tidak berjalan dengan baik. Di kota Metropolitan, Rakhmat kemudian tumbuh dewasa hingga lulus  Sekolah Menegah Pertama (SMP), lalu melanjutkan pendidikan di salah satu SMK di Yogyakarta. Semasa SMK, Rakhmat aktif mengikuti komunitas parkour. Disana ia bertemu dengan teman baru yang berasal dari berbagai macam background pendidikan, dan pekerjaan. Salah satu teman yang ia kenal merupakan mahasiswa UII dari jurusan Teknik Industri (International Program) angkatan 2008. Melalui temannya ini, Rakhmat sering mengunjungi UII, dan banyak mendapat suntikan pengalaman, serta cerita mengenai Teknik Industri khususnya International Program di UII.

Setelah lulus SMK, Rakhmat bercita-cita melanjutkan pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi. Namun, pada saat itu kondisi ekonomi keluarga sedang dalam kondisi yang tidak baik. Kedua orang tuanya belum bisa mendukung keinginannya secara penuh untuk melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Sebagai seorang anak, tentu Rakhmat tidak ingin keluarganya merasa terbebani dengan keinginannya tersebut, namun di sisi lain ia juga ingin meraih cita-cita untuk melanjutkan studi hingga ke bangku perkuliahan. Situasi tersebut menuntut-nya untuk berpikir secara bijak dan tidak mementingkan ego pribadi. Berkat background pendidikan, dan pengalaman magang yang ia miliki akhirnya Rakhmat memiliki kesempatan untuk bekerja dengan sistem outsourcing di Jakarta. Dari pekerjaan yang ia jalankan, Rakhmat berhasil menyisihkan 75%-80% dari penghasilan yang ia peroleh untuk digunakan sebagai modal guna melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi. Selama bekerja, Rakhmat tidak pernah sedikit pun tergiur membelanjakan penghasilannya untuk hal-hal yang tidak penting. Ia hanya fokus menabung untuk investasi pendidikannya di masa depan. Selama bekerja dengan sistem outsourcing, Rakhmat sempat berganti yayasan, dan kemudian membuatnya mendapatkan ‘pesangon’ yang digunakan sebagai tabungan tambahan untuk membiayai pendidikannya.

Sambil bekerja ia pun berkesempatan untuk mengikuti les Bahasa Inggris di salah satu bimbingan belajar di Jakarta. Melalui kegiatan parkour-nya semasa SMK, Rakhmat bertemu dengan beberapa teman baru dari berbagai negara yang datang ke Yogyakarta dan beberapa kota di Indonesia untuk berlatih bersama. Namun pada saat itu ia belum terlalu menguasai Bahasa Inggris, padahal sebenarnya banyak sekali hal-hal yang ingin ia tanyakan. Karena keterbatasan bahasa yang ia miliki, dan motivasi sederhana yang ia punya, akhirnya Rakhmat memutuskan untuk mengikuti les Bahasa Inggris di tengah kesibukannya dalam bekerja. Menurut Rakhmat, hidup di dunia ini haruslah memiliki tujuan. Jika kita tidak memiliki tujuan, mungkin kehidupan tersebut akan terasa hampa, dan waktu yang kita habiskan hanya akan terbuang sia-sia. Meskipun terasa lelah, namun karena tekad dan tujuan yang kuat untuk menguasai Bahasa Inggris, Rakhmat pun menikmati setiap proses yang terjadi dalam hidupnya, dan berhasil melawan perasaan lelah yang sesekali menghampiri.

Setelah hampir tiga tahun bekerja, akhirnya pada bulan Agustus tahun 2014, Rakhmat memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan yang telah ia jalankan, dan bersiap untuk melanjutkan studi di Perguruan Tinggi yang telah ia impikan. Lagi-lagi berkat komunitas parkour, Rakhmat mendapat informasi bahwa Universitas Islam Indonesia merupakan salah satu universitas swasta terbaik di Indonesia, selain itu jurusan Teknik Industri merupakan salah satu jurusan terbaik di UII yang telah terakreditasi dengan akredirasi “A” oleh BAN-PT.  Rakhmat pun tertarik untuk mendaftarkan diri dalam program kelas internasional. Ketertarikannya berawal dari pemikiran bahwa suatu saat nanti ia akan menyampaikan konsep Teknik Industri bukan hanya dengan competitor atau partner dari Indonesia saja, namun ia akan mengahdapi competitor yang berasal dari mencanegara. Alasannya memilih UII sebagai tempat untuk melanjutkan pendidikan, bukan hanya karena UII merupakan universitas swasta terbaik di Indonesia, namun ia meyakini bahwa UII adalah tempat yang tepat untuk menimba ilmu, dan menjadikannya seorang manusia yang Rahmatan Lil’Alamin.

Semasa menempuh pendidikan di UII, Rakhmat berusaha untuk melakukan kegiatan yang positif, serta menjanlakan kegiatan tersebut dengan sepenuh hati, dan semaksimal mungkin. Dengan usaha yang ia jalankan, akhirnya Rakhmat berhasil meraih beberapa prestasi yang membanggakan. Ia pernah terpilih menjadi the best student of character building program, yaitu program pembangunan karakter yang diadakan oleh International Program of UII. Selain itu Rakhmat aktif di beberapa komunitas dan organisasi, diantaranya adalah marketing and communication of IP UII yang menjabat sebagai staff, divison manager, dan menjadi salah satu koordinator seluruh angkatan Teknik Industri UII. Disamping itu Rakhmat pernah aktif menjadi Chief of International Buddy UII. Organisasi lain yang pernah ditekuni anatara lain beberapa kepanitiaan, asisten laboratorium di Teknik Industri UII, dan aktif di komunitas parkour Indonesia.

Prestasi yang pernah diraih oleh Rakhmat adalah ketika ia mendapatkan kesempatan menjadi mahasiswa yang terpilih untuk berangkat ke Seoul, Korea Selatan dalam rangka mempelajari bahasa dan budaya Korea di Sungkonghoe University. Akan tetapi tawaran tersebut bersifat partial funded, artinya ia mendapatkan beasiswa hanya untuk akomodasi, hotel, dan lain-lain, namun untuk biaya tiket penerbangan ia harus membelinya dengan uang pribadi. Saat itu Rakhmat merasa bingung, ia harus membiayai kuliahnya seorang diri, namun di sisi lain ia tidak ingin membuang kesempatan begitu saja. Rakhmat mencoba bercerita kepada ibunya, menunaikan solat istikarah, dan melakukan konsultasi kepada dosen, hingga akhirnya ia mencoba mengirim email ke beberapa alumni UII untuk meminta bantuan. Dari beberapa email yang telah dikirim, kebanyakan respon yang ia terima adalah alumni tersebut belum bisa memberikan bantuan kepadanya. Namun dari beberapa penolakan yang ia terima, Rakhmat memperoleh titik terang dari salah satu alumni yang bersedia untuk membiayai kuliahnya di UII dengan syarat ia harus menemui alumni tersebut secara langsung, dan mempresentasikan salah satu mata kuliah yang ia sukai. Rakhmat pun menyetujui tawaran tersebut dan berangkat ke Jakarta.

Setelah presentasi, alumni tersebut menjelaskan bahwa materi yang Rakhmat sampaikan terlalu teoritis dan tidak sesuai dengan ekspektasi. Alumni tersebut merasa kecewa dengan penampilan Rakhmat yang tidak memunculkan ide-ide baru dari beberapa case atau permasalahan yang telah di berikan. Meskipun penampilannya tidak maksimal, alumni tersebut tetap memberikan bantuan biaya kuliah kepada Rakhmat.  Saat itu Rakhmat merasa bersyukur, meskipun ia tidak mendapat bantuan dana untuk membeli tiket ke Korea, namun ia berhasil mendapat bantuan biaya kuliah yang lebih dari cukup. Tidak ingin menyerah, Rakhmat pun memberikan proposal funding kepada rektorat, dan IP UII. Dari sanalah akhirnya ia berhasil mendapatkan dana bantuan untuk pembelian tiket sekaligus biaya hidup di Korea, sehingga ia sama sekali tidak mengeluarkan biaya karena telah ditanggung oleh kampus.

Berawal dari pengalamannya ke Korea, Rakhmat pun menjadi termotivasi untuk mengikuti program Internasional lainnya. Beberapa program yang berhasil ia jalankan salah satunya adalah “one semester scholarship program” di Chulalongkorn University Thailand. Pengalaman tersebut mengajarkan bahwa sebetulnya tidak sulit untuk mengikuti program ke luar negeri asalkan memiliki niat dan tekad yang kuat. Pengalaman tersebut membuat Rakhmat berpikir bahwa tidak selalu orang yang berhasil pergi ke luar negeri adalah orang yang mampu secara finansial, namun orang yang memiliki tekad yang kuat, serta siap melalui rintangan dengan sikap optimis, dan keteguhan hati pun bisa merasakan belajar di luar negeri. Dari prestasi yang pernah diraihnya, prestasi yang paling berkesan adalah ketika ia bersama teman-teman meraih “the best diplomatic delegation team” di salah satu event ASEAN Foundation Model ASEAN Meeting (AFMAM). Akan tetapi menurutnya, prestasi terbaik yang pernah diraih adalah ketika ia berhasil melewati setiap rintangan dan tantangan dengan sikap optimis, berusaha untuk mengupayakan yang terbaik pada setiap aktivitas yang dilaluinya, dan menikmati setiap proses yang terjadi di dalam hidupnya. Hal yang paling penting tidak terletak pada prestasi yang ia peroleh, akan tetapi proses yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik dan berguna bagi setiap orang.

Setelah lulus dari UII, Rakhmat pun mendapat beasiswa untuk melanjutkan studi Master di Taiwan. Menurut Rakhmat, janganlah sekedar “ingin” mendapatkan gelar Master dan dipandang hebat oleh orang lain, namun carilah tujuan dan kontribusi apa yang ingin dilakukan setelah lulus nanti. Untuk mendapatkan beasiswa Master, Rakhmat memberikan beberapa tips yang mungkin berguna untuk pembaca yang ingin melanjutkan studi Master di luar negeri. Tips yang pertama adalah dekat dengan dosen (bukan dekat dalam arti negatif, namun dekat karena dosen menilai kita memiliki integritas yang tinggi dalam belajar) sehingga ia sering mendapat informasi beasiswa untuk melanjutkan studi. Tips yang kedua adalah dekat dengan orang-orang yang memiliki visi serta misi yang sama, sehingga kita bisa berbagi informasi. Tips yang ketiga adalah rajin untuk mencari informasi beasiswa di internet. Dari beberapa tips tersebut, hal terpenting yang harus kita pahami bahwa interviewer akan melihat potensi yang ada dalam diri kita, kemudian interviewer akan menentukan apakah kita layak atau tidak untuk mendapatkan beasiswa tersebut. Oleh karena itu, kita harus memiliki track record pendidikan, dan organisasi yang baik. Selain track record, surat rekomendasi yang diberikan oleh dosen pun akan menjadi bahan pertimbangan. Maka potensi tersebut menjadi salah satu alasan kuat mengapa ia berhasil mendapatkan beasiswa.

Sukses itu bergantung dari bagaimana kita melihat “kesuksesan” tersebut. Apapun pekerjaan, dan kegiatan yang kita jalankan, asalkan kita menjalankannya dengan integritas yang tinggi, jujur, amanah, dan sepenuh hati, hal tersebut dapat dikatakan sebagai suatu kesuksesan. Menurut Rakhmat, tips untuk meraih kesuksesan adalah memiliki tujuan, dan berusaha bagaimana cara kita untuk meraih tujuan tersebut. Apapun cita-cita atau tujuan yang kita impikan, asalkan kita menikmati proses untuk meraihnya, maka itu sudah menjadi sebuah “kesuksesan”. Oleh karena itu, tidak ada karakteristik baku tentang sebuah kesuksesan.











                                                                                                                                                                                        


0 komentar:

Post a Comment

My Instagram