Konsep Pasrah kepada Allah SWT

Sejak duduk di bangku sekolah dasar, aku sudah terbiasa disibukan dengan kegiatan sehari-hari yang cukup padat. Dimulai dengan kegiatan belajar di sekolah, kemudian dilanjutkan dengan bimbingan belajar, atau pergi menuntut ilmu agama di madrasah. Setiap hari aku selalu meluangkan waktu untuk belajar, belajar, dan belajar. Aku bukanlah orang yang terlahir pintar, tapi aku adalah orang yang mau berusaha untuk menjadi pintar. Sejak saat itu pula, aku sudah bisa menentukan target yang ingin aku capai setiap tahunnya. Hingga menginjak bangku perkuliahan, tekadku selalu sama, aku ingin terus belajar, dan bisa menuntut ilmu hingga doktoral atau S3. 
 
Lalu bagaimana dengan urusan jodoh? Terkait hal ini jujur aku pasrah. Ketika teman-teman pada saat itu sudah menjalani hubungan pacaran, "mencari" jodoh, dan "sibuk" dengan urusan pasangan, jujur aku sama sekali belum serius memikirkan hal itu. Aku hanya memikirkan bagaimana caranya bisa berprestasi di kampus, itu saja sudah cukup. Ketika berada di titik pasrah, kemudian Allah hadirkan seseorang yang Insya Allah resmi menjadi pasangan halal di tahun 2020 ini. Dialah orang pertama yang bisa membuat aku yakin bahwa "dialah orang yang tepat untuk menjadi imam keluarga kelak". Hal tersebut membuat aku belajar tentang konsep berpasrah kepada Allah, bahwa sesungguhnya pasrah bukanlah tentang menyerah pada keadaan, akan tetapi pasrah adalah berserah diri kepada Allah sambil berbedah diri.

Jakarta, 3 Januari 2020



0 komentar:

Post a Comment

My Instagram