Sebelum masuk awal cerita,
sebenernya saya bingung judul apa yang cocok untuk artikel yang saya buat.
Tulisan ini tiba-tiba mengalir begitu saja. Jadi….mohon maaf bila alur cerita
tulisan ini masih berantakan. Happy reading…
Di postingan kali ini saya akan membahas
lika-liku studi yang telah saya lalui semasa duduk di bangku perkuliahan. Ternyata,
melanjutkan studi di universitas swasta tidak seburuk yang orang-orang
bayangkan. Ketika itu, tidak sedikit yang mengatakan bahwa kuliah di
Universitas Swasta hanya untuk orang-orang yang “kurang” cerdas, atau bisa
dibilang kepintarannya “pas-pas-an”. Banyak yang beranggapan bahwa untuk mereka
yang cerdas, pasti akan memilih untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri.
Selain itu, sering kali kami mahasiswa Universitas Swasta dijuluki mahasiswa “buangan”
yang ditolak oleh Universitas Negeri. Belum lagi muncul pernyataan jika
mahasiswa swasta akan kalah bersaing di beberapa perusahaan besar.
Menurut saya, kepintaran atau
kecerdasan seseorang tidak bisa diukur hanya dengan membandingan seseorang
kuliah di Universitas Negeri atau Universitas Swasta. Namun dilihat dari soft skill dan hard skill yang ia miliki serta kemampuan lainnya. Tentunya banyak
sekali faktor yang menentukan kecerdasan seseorang. Selain itu, bukan berarti
mahasiswa Universitas Swasta merupakan mahasiswa “buangan” dari Universitas
Negeri, bisa saja memang dari awal mereka sudah memilih Universitas Swasta
sebagai tempat yang cocok untuk menimba ilmu.
Menjadi bagian dari UII merupakan
takdir indah yang Allah SWT berikan. Saya masih ingat perasaan sedih ketika ditolak
oleh beberapa Universitas Negeri yang saya impikan. Ketika itu saya merasa
sangat terpuruk, bingung, dan merasa sudah gagal untuk mencapai kesuksesan.
Namun saat ini saya baru menyadari bahwa rencana Allah lebih baik dari rencana
manusia. Sukses itu bisa kita raih asal kita mau berusaha, terus bekerja keras,
dan jangan mudah menyerah. Bahkan dalam buku “Negeri 5 Menara” karya Ahmad
Fuadi tertulis, “Untuk menjadi sukses kita harus going the extra miles, tidak menyerah dengan rata-rata. Jika orang
belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, jika orang berlari 2 kilo, dia akan
berlari 3 kilo. Jika orang menyerah di detik ke 10, dia akan menyerah sampai
detik ke 20. Selalu berusaha meningkatakn diri lebih dari orang biasa. Oleh karena
itu, jika kita ingin menjadi orang yang sukses, kita harus menerapkan going the extra miles, lebihkan usaha,
waktu, upaya, tekad dan sebagainya dari orang lain”. Begitulah yang saya
lakukan semasa saya kuliah, going the
extra miles. Menyadari kemampuan saya yang pas-pas-an, saya berusaha
berbuat lebih dari orang lain. Kuliah di jurusan Teknik Informatika tidaklah
mudah, tidak ada sama sekali background komputer
ketika saya SMA. Saat itu saya lebih menyukai pelajaran Matematika dan Biologi
dari pada pelajaran Komputer. Oleh karena itu, saya belajar sangat giat dan berusaha
untuk mengerjakan tugas lebih awal dari orang lain. Saya butuh waktu lama untuk memahami materi
dari berbagai mata kuliah di jurusan Teknik Informatika, hingga akhirnya saya
mulai terbiasa.
Perjuangan tersebut ternyata
tidak sia-sia, ketika semester satu saya berhasil meraih Indeks Prestasi yang memuaskan.
Tentu hal tersebut merupakan awal yang baik, setidaknya ini bisa membuat orang
tua saya tersenyum lega dan yakin bahwa saya bisa berprestasi. Namun saya
tekankan sekali lagi, untuk mendapatkan IP yang memuaskan, perlu belajar dan berjuang
melawan rasa malas yang tiba-tiba menyerang, saya ingin membuktikan bahwa saya
bisa. Tekad tersebut tidak pernah berubah, ketika mendaftar menjadi asisten
dosen dan saya berhasil, rasa percaya diri saya terus bertambah. Bagi sebagian
orang mungkin menjadi asisten dosen adalah hal biasa, namun bagi saya hal
tersebut merupakan pengalaman yang tidak dapat dilupakan begitu saja. Menjadi
asisten dosen bukan berarti hanya mengoreksi pekerjaan mahasiswa saja, namun
dari sana saya dipaksa untuk mengulang mata kuliah yang telah dilalui, memahami
lebih dalam, hingga akhirnya saya menguasai mata kuliah tersebut tanpa melihat
materi. Berawal dari asisten dosen, saya mengenal bagaimana rasanya mencari
uang sendiri. Meski hasil yang diperoleh tidak banyak, namun saya cukup bangga
bahwa saya berhasil mendapatkan gaji dari usaha saya sendiri.
Berprestasi bisa datang dari mana
saja, bukan hanya sekedar memiliki IPK cumlaude.
Menjadi bagian dari organisasi, memimpin suatu forum, aktif dalam komunitas, dan
aktif dalam himpunan, menurut saya hal tersebut juga merupakan sebuah prestasi.
Kita juga tidak boleh hanya terus belajar tanpa aktif bersosial. Dengan
mengikuti organisasi, tentu kita dapat mengenal teman baru, belajar bekerja
sama, dan belajar mencari solusi dari suatu masalah. Manfaat organisasi bisa
kita dapatkan secara instan seperti rasa percaya diri, dan kemampuan leadership. Disamping itu, manfaat
berorganisasi bisa kita rasakan untuk jangka waktu yang lama, seperti memiliki
banyak relasi yang membantu kita di masa depan.
Menginjak tahun ketiga
perkuliahan, muncul rasa bosan dengan kegiatan yang saya lakukan. Seketika terlintas
untuk keluar dari zona nyaman yang hanya berkutat dengan tugas kuliah, projek
akhir, asisten dosen, dan kepanitiaan. Saya ingin mencoba menimba ilmu di
negeri orang dengan biaya sendiri, dan saya ingin mencoba untuk bekerja part-time di kampus. Singkat cerita saat
itu Allah menjawab do’a yang saya panjatkan. Sempat saya berkonsultasi dengan
teman kampung halaman yang pernah menimba ilmu di Thailand secara gratis selama
satu semester, beliau menyarankan saya untuk mengikuti program “One Semester Scholarship for ASEAN Students
in Chulalongkorn University, Thailand”. Tanpa pikir panjang, saya berusaha
sebaik mungkin mempersiapkan segala dokumen yang dibutuhkan. Hingga akhirnya
waktu berjalan begitu cepat, saya tidak sempat mengirimkan dokumen secara
langsung melalui agen pengiriman, saya hanya bisa mengirimkan dokumen tersebut
melalui email saja. Sembari menunggu pengumuman, saya mendaftar bekerja part-time di Perpustkaan UII. Banyak
persyaratan yang harus saya siapkan, salah satunya adalah tanda-tangan dosen
pembimbing akademik di lembar transkrip nilai yang saya miliki.
Di penghujung tahun 2016, seseorang
memberi kabar bahwa nama saya tercantum di lembar pengumuman peserta “One Semester Scholarship for ASEAN Students
in Chulalongkorn University”. Saya lolos dan berhak mengikuti program
tersebut selama satu semester. Tidak lama setelah saya menjalankan program tersebut,
saya mendapat kabar bahwa saya lolos untuk bekerja part-time di Perpustakaan UII. Namun sangat disayangkan, saya tidak
bisa menjalankan part time tersbut karena
waktu yang tidak memungkinkan.
Sesampainya di Indonesia, saya
berkutat dengan urusan nilai yang harus dikonversikan. Meskipun saya
mendapatkan nilai yang pas-pas-an ketika di Thailand, saya bersyukur saya masih
bisa memperoleh IPK yang cukup memuaskan. Menginjak semester tujuh, saya mulai sibuk
menjalankan program Kerja Praktik dan mengerjakan beberapa penelitian. Kala
itu, salah satu penelitian bersama teman-teman kelompok berhasil di
publikasikan secara Internasional. Di akhir tahun 2017, saya diberikan
kesempatan untuk menjadi pembicara di acara seminar “motivation and sharing” kegiatan mahasiswa Teknik Informatika.
Kegiatan tersebut merupakan program orientasi kepada mahasiswa baru sebagai
ajang silaturahmi, pengenalan himpunan,
dan pengenalan kegiatan mahasiswa jurusan Teknik Informatika. Disamping itu,
saya berhasil melaksanakan sidang Kerja Praktik yang telah saya jalankan
sebelumnya. Tidak ingin bersantai terlalu lama, saya mulai mempersiapkan
rancangan proposal untuk diajukan sebagai bahan pengerjaan Tugas Akhir.
Tugas Akhir yang saya kerjakan
ditempuh dalam waktu 4 bulan. Pengerjaan Tugas Akhir ini saya kerjakan
semaksimal mungkin, hampir tidak ada kata libur. Tugas Akhir tersebut kemudian menjadi
bahan penelitian bersama antara mahasiswa dan dosen. Dari hasil penelitian tersebut
saya mendapatkan dana hibah sebagai apresiasi atas apa yang telah saya
kerjakan. Selain dari hasil penelitian Tugas Akhir, saya mendapatkan dana hibah
dari dua penelitian lainnya yang pernah saya kerjakan di akhir masa
perkuliahan. Maha Besar Allah, ketika sedang menunggu panggilan untuk bekerja, Allah
memberikan rezeki lebih dari cukup yang dapat saya gunakan untuk membiaya kehidupan
saya di Jakarta dalam mengikuti proses tes dan wawancara kerja. Berbekal
pengalaman kecil semasa kuliah, saya selalu merasa percaya diri dalam mengikuti
proses tes dan wawancara kerja.
Itulah proses indah yang telah
saya lalui. Pengalaman yang mungkin tidak seberapa ini berhasil membuat saya terus
belajar setiap harinya. Belajar untuk
selalu mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan. Janganlah berkecil
hati jika harapan tidak sesuai dengan apa yang telah kita rencanakan, bisa jadi
Allah telah mempersiapkan rencana lain yang lebih baik untuk kita. Hargailah
setiap kejadian yang kita alami. Setiap orang mungkin memiliki proses yang berbeda
untuk bisa berprestasi dan mencapai kesuksesan, jadi nikmatilah proses
tersebut. Berproses ternyata menyenangkan jika kita menjalankan-nya dengan
penuh ke-ikhlas-an. Jika dalam berproses kita harus melalui ujian yang sangat berat,
hadapilah dengan tegar, percayalah kepada Allah SWT yang akan menunjukan kita
ke jalan yang lurus. Teruslah berusaha semaksimal mungkin, sisanya biarkan
Allah yang mengurusnya, dan jangan lupa untuk terus memanjatkan do’a. Saya pernah
membaca sebuah pepatah yang mengatakan bahwa, “Gapailah cita-citamu, lagi pula
hidup ini bukan hanya sandiwara, melainkan sayembara. Setiap keinginan harus
kita kejar, bukan hanya dipelihara. Kenapa? Karena kita bukan satu-satunya
orang yang memiliki mimpi dan cita-cita. Kita harus berlomba.”
0 komentar:
Post a Comment